Selasa, 05 Mei 2009

Didanai Bank Asal Cina, PLTU Nagan Menyala 2011

Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya, Provinsi Aceh, dipastikan beroperasi awal 2011 menyusul ditandatanganinya perjanjian kredit antara PT PLN dengan The Export Import Bank of China (CEXIM) dan Bank of China sebesar 1,06 miliar dolar AS. Fasilitas kredit tersebut juga membiayai PLTU Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, dan PLTU Teluk Naga, Banten. Penandatanganan tersebut dilakukan Dirut PT PLN Fahmi Mochtar dengan Li Jun (Vice President CEXIM) dan Tang Mao Heng (Deputi General Manager of Corporate Banking Departement BOC), disaksikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani di sela-sela acara Sidang Tahunan Bank Pembangunan Asia (ADB), Senin (4/5) di Nusa Dua, Bali.

Menkeu mengatakan, pinjaman ini akan mendanai 85% porsi dolar AS untuk membiayai proyek PLTU Nagan Raya USD 124 juta, PLTU Pelabuhan Ratu USD 481 juta, dan PLTU Teluk Naga sebesar USD 455 juta. “Dengan penandatanganan ini, maka pembiayaan ketiga PLTU tersebut saat ini sudah sepenuhnya diperoleh,” ujar Sri Mulyani.

Sebelumnya PLTU Nagan Raya telah memperoleh kredit pembiayaan dari Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbankda) sebesar Rp 614 miliar, PLTU Pelabuhan Ratu dari Bank Mega Rp 1,874 triliun dan PLTU Teluk Naga dari Bank Bukopin sebesar Rp 1,607 triliun. CEXIM dan BOC merupakan kreditur tunggal yang menyediakan pinjaman jangka panjang untuk masing-masing fasilitas kredit dengan jaminan penuh dari Menkeu. Sri Mulyani menjelaskan, fasilitas kredit dari kedua bank tersebut diberikan dengan tenor 15 tahun, termasuk grace periode selama tiga tahun. “Pinjaman yang berbasis LIBOR ini bertenor lebih panjang dari apa yang tersedia di pasar pinjaman komersial,” katanya.

PLTU Nagan Raya memiliki kapasistas 2x110 MW, PLTU Pelabuhan Ratu 3x350 MW, dan PLTU Teluk Naga 3x315 MW. Proyek tersebut merupakan bagian dari Fast Track Program 10.000 MW. Dengan penandatanganan itu maka tujuh proyek utama Fast Track Program yang berada di Pulau Jawa, yaitu PLTU Paiton, Suralaya, Labuhan, Indramayu, Rembang, Pelabuhan Ratu, dan Teluk Naga sudah memperoleh kepastian pendanaan penuh baik untuk porsi rupiah maupun dolar. Untuk lokasi luar Jawa, 20 dari 22 proyek yang dikontrak telah berhasil memperoleh komitmen pendanaan porsi valas sebesar USD 527 juta dan 16 lokasi telah memperoleh komitmen pendanaan porsi rupiah sebasar Rp 5,7 triliun.


Dalam beberapa bulan terakhir, masyarakat kawasan pantai barat selatan Aceh sebagian besar tidak mendapat suplai arus listrik. Ini terjadi setelah dua pembangkit listrik, yakni PLTU Kuta Makmue, Nagan Raya, dan PLTD Seuneubok, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, mengalami kerusakan. Informasi terakhir, kedua pembangkit listrik yang rusak itu baru akan selesai diperbaiki pada Juni atau Juli 2009. Ini pun belum ada kepastian. PLTU Kuta Makmue yang mampu memproduksi listrik 10 megawatt (MW) sebetulnya mampu menyuplai arus listrik untuk tiga kabupaten, yakni dari Nagan Raya, Aceh Barat, hingga ke Kabupaten Aceh Jaya. Selain itu masih ada tenaga listrik yang diproduksi PLTD Seuneubok, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat. Jika kedua pembangkit listrik ini beroperasi normal, sebetulnya masyarakat di tiga kbupaten itu tidak ada masalah. Tapi, kenyataannya, kedua pembangkit itu selalu dibelit masalah alias ngadat.
»»  read more

Delapan Partai di Aceh Kehilangan Kursi DPRA

Delapan dari 11 partai politik yang mendapat kursi di DPR Aceh pada Pemilu 2004 diperkirakan akan gagal mempertahankan atau kehilangan kursi pada Pemilu legislatif 2009 di Provinsi Aceh. Data yang diperoleh dari Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh di Banda Aceh, Senin (4/5), dari rekapitulasi suara hasil pemilu di 23 kabupaten/kota ada sembilan partai nasional yang mengalami penurunan perolehan kursi, bahkan ada partai yang gagal sama sekali pada pemilu kali ini. Delapan parpol tersebut adalah Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang sebelumnya sama-sama mendapat 12 kursi di DPRA pada pemilu lalu, pada Pemilu 2009 hanya bisa mendapat delapan dan tiga kursi. Selanjutnya, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang sebelumnya meraih sembilan dan delapan kursi, kini turun menjadi lima dan empat kursi.

Partai Bulan Bintang (PBB) yang pada pemilu lalu mendapat delapan kursi kini turun menjadi satu kursi. Bahkan Partai Bintang Reformasi (PBR) yang memiliki fraksi di DPRA dengan delapan kursi, kini tidak memiliki satu kursi pun. Sementara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang sebelumnya dua kini tinggal satu kursi, sedangkan Partai Persatuan Nadhlatul Ummah Indonesia (PKNUI) yang sebelumnya dua kursi kini tidak ada sama sekali. Hanya satu-satunya parpol yang mampu menambah kursinya pada Pemilu 2009 adalah Partai Demokrat yang sebelumnya enam kursi kini menjadi 10 kursi.

Sedangkan dua parpol yang mempertahankan kursinya adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) yang masing-masing tetap mendapat satu kursi. Berkurangnya kursi yang diperoleh sembilan aprpol tersebut, karena munculnya enam partai lokal, satu diantaranya Partai Aceh yang berhasil mendominasi kursi DPRA pada Pemilu 2009 dengan meraih 33 kursi. Pada Pemilu 2009 terdapat 12 parpol yang mendapat kursi, bertambah dua partai, yakni Partai Daulat Aceh (PDA) dan Partai Patriot masing-masing satu kursi.
»»  read more